" Berikan 1 contoh paragraf dengan menggunakan metode pengembangan paragraf ”
Disusun Oleh :
ALBINA DINI ASTUTY
KELAS / NPM : 3EA07 / 10211541
Mata Kuliah : BAHASA INDONESIA
Dosen : SENDI EKA NANDA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013 / 2014
DEMOKRASI LIBERAL
Demokrasi liberal adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).
Krisis
dan kritik terhadap model demokrasi liberal sebenarnya sudah jauh hari
diingatkan oleh beberapa kalangan. Kritik terhadap demokrasi datang dari
tradisi Marxisme – utamanya Lenin – yang menyebut bahwa demokrasi
sebenarnya adalah siasat kaum borjuis. Lenin mengolok demokrasi liberal
sebagai kediktatoran kaum borjuis (the dictatorship of borguise), dimana
instrumen dan sumberdaya kekuasaan yang berupa hukum, ekonomi dan
politik terkonsentrasi pada segelintir kelompok borjuis saja. Karena
itu, alih-alih berpihak kepada kesejahteraan proletar, model demokrasi
ini hanya akan menghasilkan model politik massa mengambang serta
lahirnya oligarkh dan teknokrat politik yang enggan berbaur dan menjawab
tuntutan serta penderitaan rakyat.
Tidak hanya pada tradisi marxisme, kritik terhadap demokrasi liberal
juga datang dari kalangan pendukungnya sendiri. Ironi ini bermula dari
teoretisi demokrasi Joseph Schumpeter yang menafsirkan demokrasi hanya
terbatas sebagai mekanisme memilih pemimpin melalui pemilu yang
kompetitif dan adil. Senada dengan itu, Samuel P. Huntington, sama
naifnya dengan Schumpeter, juga menyanyikan nada yang seirama. Bagi
Huntington, kualitas demokrasi diukur oleh pemilihan umum yang
kompetitif, adil, jujur dan berkala dan partisipasi rakyat yang tinggi
selama pemilu. Cita-cita mulia demokrasi direduksi menjadi sebatas hal
yang prosedural dan teknis. Akibatnya,
demokrasi hanya diwujudkan dalam pemilu. Suara rakyat dibutuhkan dan
ditambang hanya ketika pemilu datang. Setelah itu, suara rakyat
ditendang dan dikhianati; kebijakan publik tidak lagi memihak rakyat,
harga-harga semakin mahal, penggusuran dimana-mana, BBM dinaikkan,
pendidikan dan kesehatan dikomersialisasikan, kemiskinan dan
pengangguran tetap saja berkembang biak. Demokrasi,
dalam cita-cita yang sesungguhnya, perlahan-lahan mati. Dalam konteks
ini kritik Geoff Mulgan terhadap paradoks demokrasi sangat tepat dan
jitu.
Ada
tiga hal pokok dalam kritiknya terhadap demokrasi. Pertama, demokrasi
cenderung melahirkan oligarki dan teknokrasi. Bagaimana mungkin tuntutan
rakyat banyak bisa diwakili dan digantikan oleh segelintir orang yang
menilai politik sebagai karier untuk menambang keuntungan finansial?
Kedua, prinsip-prinsip demokrasi seperti keterbukaan, kebebasan dan
kompetisi juga telah dibajak oleh kekuatan modal. Yang disebut
keterbukaan, hanya berarti keterbukaan untuk berusaha bagi pemilik modal
besar, kebebasan artinya kebebasan untuk berinvestasi bagi perusahaan
multinasional, kompetisi dimaknai sebagai persaingan pasar bebas yang
penuh tipu daya. Ketiga, media yang mereduksi partisipasi rakyat.
Kelihaian media mengemas opini publik membuat moralitas politik menjadi
abu-abu, juga cenderung menggantikan partisipasi rakyat. Ini berujung
pada semakin kecil dan terpinggirkannya ‘partisipasi langsung’ dan
‘kedaulatan langsung’ rakyat. Tidak hanya itu,
sesat pikir kaum demokrasi prosedural juga karena ia menyembunyikan
fakta tentang negara dan kekuasaan. Negara, seperti kita semua maklum,
adalah tempat akses dan relasi ekonomi, politik, hukum berlangsung.
Karena itu, sistem demokrasi juga berhadapan dengan masalah ekonomi. Negara dan sistem demokrasi
juga berhubungan dengan masalah bagaimana menciptakan kesejahteraan,
bagaimana menjalankan dan mengatur finansial sebuah negara.
KETERANGAN :
1. Metode Contoh : Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).
2. Metode Definisi : Demokrasi liberal adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.
3. Metode Sudut Pandang : Demokrasi,
dalam cita-cita yang sesungguhnya, perlahan-lahan mati. Dalam konteks
ini kritik Geoff Mulgan terhadap paradoks demokrasi sangat tepat dan
jitu.
4. Metode Proses : Ada
tiga hal pokok dalam kritiknya terhadap demokrasi. Pertama, demokrasi
cenderung melahirkan oligarki dan teknokrasi. Bagaimana mungkin tuntutan
rakyat banyak bisa diwakili dan digantikan oleh segelintir orang yang
menilai politik sebagai karier untuk menambang keuntungan finansial?
Kedua, prinsip-prinsip demokrasi seperti keterbukaan, kebebasan dan
kompetisi juga telah dibajak oleh kekuatan modal.
5. Metode Perbandingan : Atau, akibatnya, tidak hanya itu
6. Metode Klasifikasi : Negara dan sistem demokrasi
Demokrasi liberal, Komunisme
Source : http://www.wikipedia.co.id/demokrasiliberal.html
No comments:
Post a Comment