Wednesday, 4 December 2013

Tugas Softskill 3 : Menulis Artikel Makanan Cepat Saji



“ Menulis Artikel Tentang Makanan Fast Food


















 










Disusun Oleh :
              Albina Dini Astuty                            (10211541)             
              Evi Wijayanti                                     (12211538)             
Puti Rahmadhani Ambun Suri     (15211618)
Sri Adelina Purba                            (18211260)
Sri Rizky Rahayu                             (18211857)

3EA07
UNIVERSITAS GUNADARMA


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------



ARTIKEL “ Ayam Penyet Margo Pedes Gila ”



Kami memilih rumah makan “Ayam Penyet Margo Pedes Gila” karena rasa yang nikmat dan cocok bagi yang menyukai makanan pedas. harga yang ditawarkan sekitar Rp 20.000,00. Harga tersebut tentunya tidak mengikat, bisa berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan perekonomian Indonesia, hehe .

Nama Pedes Gila mungkin bukan hal asing bagi sebagian masyarakat Depok. Makanan ini memang menjadi fenomenal saat pertama kali muncul. Untuk menikmatinya banyak orang yang rela antri di kiosnya. Sampai sekarang pun, makanan ini masih memikat para pengunjungnya sehingga terus menjadi tujuan bagi pecinta makanan pedas. Apakah benar makanan  ini layak untuk ditunggu?

Pedes Gila adalah masakan asli buatan Indonesia, bukan merupakan franchise dari luar negeri seperti kebanyakan makanan fast food yang ada. Untuk mendapatkan kualitas dan rasa masakan yang nikmat, pedes gila mempunyai specialisasi penyet, yaitu cara penyajian dengan mencampur sambal bawang khas dengan dipenyet (dengan tekanan anak cobek) sehingga sambal bawang terasa pada Ayam, Lele, Bandeng Presto, Tempe dan Tahu dan mempunyai pengalaman tersendiri dalam bersantap.

          Rumah makan ini bukanlah rumah makan dengan ukuran yang besar, tempat menjualnya hanya merupakan tempat sederhana dengan nuansa terang mungkin efek dari cat temboknya yakni merah oranye  dan menyediakan beberapa kursi dan meja suasana indoor tetapi suka di tempatkan di outdoor untuk pelanggan yang ingin makan di tempat atau sedang tengah di tempat ini, tetapi kalau kesini pas jam makan jangan ditanya ramennya kayak gimana, kebanyakan anak-anak kampus nongkrong dan makan disini. Pemilik membuat konsep dapur terbuka, maksudnya, Anda dapat melihat sendiri bagaimana sebuah masakan dibuat,  mulai dari menggoreng ayamnya sampai meraciknya untuk diserahkan kepada pelanggan.  


       Menu andalan disini adalah lele penyet , lele goreng yang diberi taburan sambal cabe rawit merah ini rasanya enak dan gurih, aroma lumpur serta bau amis dari lelenya, benar-benar tidak  ada duri-durinya, lembut lunak untuk side dishnya, lalapan kemangi dan irisan timun, rasa sambalnya pedes gila tetapi cocok banget sama lelenya apalagi sambil ditemani seporsi nasi uduk yang hangat. untuk seporsi lele penyet ini kita cukup merogoh kocek sebesar Rp. 10.000,- benar-benar terjangkau banget  kualitas rasa bintang lima harga anak kuliahan, hehe , dan jangan lupa pesan es teh manis juga rasanya segar banget cocok buat pengobat sambalnya, hehe. Rumah makan ayam penyet margo pedes gila beroperasi mulai dari jam 10 pagi hingga jam 11 malam.

Lokasinya di Jalan Margonda Raya, kami tidak tahu nomor berapa. Di kiri jalan kalau dari arah Jakarta (lingkar UI) menuju arah Depok/ Citayam. Posisinya itu setelah Jalan Kapuk dan sebelum Jalan Yahya Nuih, apabila sudah melebihi Gramedia atau Margocity itu sudah terlewati. Datang dan coba sensasinya. Rumah makan ini juga melayani pesan antar untuk wilayah Margonda, Depok dan sekitarnya.



Kelebihan dan Kekurangan menurut kami ;

Albina          
Kelebihan          : Cocok untuk tempat hangout, tempat  terjangkau, rasa masakanya nikmat dan gurih.
Kekurangan       : Tempatnya sempit jadi kalau penuh rada sumpek.

Evi        
Kelebihan          : Masakannya enak, tempatnya strategis depan kampus.
Kekurangan       : ayamnya kecil, tempatnya sempit, panas.

Puti 
Kelebihan          : tempat nya strategis depan kampus, masakan enak, bersih, ciri khas pelayan baju nya seragam, ada diskon bagi yang puasa senin kamis dan gratis ibu hamil.
Kekurangan       : Harganya mahal.

Sri Adelina    
Kelebihan          : Masakannya enak, bumbunya terasa banget, bersih.
Kekurangan       :  Varian makanan kurang banyak.

Sri Rahayu    
Kelebihan          : Pedasnya terasa banget, pelayannya ramah.
Kekurangan       : Harganya mahal, panas, ayamnya kecil.

Saturday, 23 November 2013

tugas minggu 8 bhs. indonesia


" Berikan 1 contoh paragraf dengan menggunakan metode pengembangan paragraf
 



Disusun Oleh :
 
ALBINA DINI ASTUTY
 
 
KELAS / NPM  : 3EA07 / 10211541
 

Mata Kuliah   : BAHASA INDONESIA
Dosen        : SENDI EKA NANDA

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013 / 2014 
 
======================================================================

DEMOKRASI LIBERAL
   
     Demokrasi liberal adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.

            Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.

             Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).
                Krisis dan kritik terhadap model demokrasi liberal sebenarnya sudah jauh hari diingatkan oleh beberapa kalangan. Kritik terhadap demokrasi datang dari tradisi Marxisme – utamanya Lenin – yang menyebut bahwa demokrasi sebenarnya adalah siasat kaum borjuis. Lenin mengolok demokrasi liberal sebagai kediktatoran kaum borjuis (the dictatorship of borguise), dimana instrumen dan sumberdaya kekuasaan yang berupa hukum, ekonomi dan politik terkonsentrasi pada segelintir kelompok borjuis saja. Karena itu, alih-alih berpihak kepada kesejahteraan proletar, model demokrasi ini hanya akan menghasilkan model politik massa mengambang serta lahirnya oligarkh dan teknokrat politik yang enggan berbaur dan menjawab tuntutan serta penderitaan rakyat. 

               Tidak hanya pada tradisi marxisme, kritik terhadap demokrasi liberal juga datang dari kalangan pendukungnya sendiri. Ironi ini bermula dari teoretisi demokrasi Joseph Schumpeter yang menafsirkan demokrasi hanya terbatas sebagai mekanisme memilih pemimpin melalui pemilu yang kompetitif dan adil. Senada dengan itu, Samuel P. Huntington, sama naifnya dengan Schumpeter, juga menyanyikan nada yang seirama. Bagi Huntington, kualitas demokrasi diukur oleh pemilihan umum yang kompetitif, adil, jujur dan berkala dan partisipasi rakyat yang tinggi selama pemilu. Cita-cita mulia demokrasi direduksi menjadi sebatas hal yang prosedural dan teknis. Akibatnya, demokrasi hanya diwujudkan dalam pemilu. Suara rakyat dibutuhkan dan ditambang hanya ketika pemilu datang. Setelah itu, suara rakyat ditendang dan dikhianati; kebijakan publik tidak lagi memihak rakyat, harga-harga semakin mahal, penggusuran dimana-mana, BBM dinaikkan, pendidikan dan kesehatan dikomersialisasikan, kemiskinan dan pengangguran tetap saja berkembang biak. Demokrasi, dalam cita-cita yang sesungguhnya, perlahan-lahan mati. Dalam konteks ini kritik Geoff Mulgan terhadap paradoks demokrasi sangat tepat dan jitu. 

                Ada tiga hal pokok dalam kritiknya terhadap demokrasi. Pertama, demokrasi cenderung melahirkan oligarki dan teknokrasi. Bagaimana mungkin tuntutan rakyat banyak bisa diwakili dan digantikan oleh segelintir orang yang menilai politik sebagai karier untuk menambang keuntungan finansial? Kedua, prinsip-prinsip demokrasi seperti keterbukaan, kebebasan dan kompetisi juga telah dibajak oleh kekuatan modal. Yang disebut keterbukaan, hanya berarti keterbukaan untuk berusaha bagi pemilik modal besar, kebebasan artinya kebebasan untuk berinvestasi bagi perusahaan multinasional, kompetisi dimaknai sebagai persaingan pasar bebas yang penuh tipu daya. Ketiga, media yang mereduksi partisipasi rakyat. Kelihaian media mengemas opini publik membuat moralitas politik menjadi abu-abu, juga cenderung menggantikan partisipasi rakyat. Ini berujung pada semakin kecil dan terpinggirkannya ‘partisipasi langsung’ dan ‘kedaulatan langsung’ rakyat. Tidak hanya itu, sesat pikir kaum demokrasi prosedural juga karena ia menyembunyikan fakta tentang negara dan kekuasaan. Negara, seperti kita semua maklum, adalah tempat akses dan relasi ekonomi, politik, hukum berlangsung. Karena itu, sistem demokrasi juga berhadapan dengan masalah ekonomi. Negara dan sistem demokrasi juga berhubungan dengan masalah bagaimana menciptakan kesejahteraan, bagaimana menjalankan dan mengatur finansial sebuah negara. 

KETERANGAN      :

1. Metode  Contoh     :   Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).

2.  Metode Definisi    :   Demokrasi liberal adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.

3.  Metode Sudut Pandang  :   Demokrasi, dalam cita-cita yang sesungguhnya, perlahan-lahan mati. Dalam konteks ini kritik Geoff Mulgan terhadap paradoks demokrasi sangat tepat dan jitu. 

4. Metode Proses     :   Ada tiga hal pokok dalam kritiknya terhadap demokrasi. Pertama, demokrasi cenderung melahirkan oligarki dan teknokrasi. Bagaimana mungkin tuntutan rakyat banyak bisa diwakili dan digantikan oleh segelintir orang yang menilai politik sebagai karier untuk menambang keuntungan finansial? Kedua, prinsip-prinsip demokrasi seperti keterbukaan, kebebasan dan kompetisi juga telah dibajak oleh kekuatan modal. 

5. Metode Perbandingan    :    Atau, akibatnya, tidak hanya itu

6. Metode Klasifikasi            :    Negara dan sistem demokrasi
                                                  Demokrasi liberal, Komunisme 


Source     :  http://www.wikipedia.co.id/demokrasiliberal.html